Saturday, December 8, 2012

Definisi ISO, Diafragma, dan Shutter Speed Dalam Dunia Fotografi

ISO secara definisi adalah ukuran tingkat sensifitas sensor kamera terhadap cahaya. ISO merupakan singkatan dari International Organization for Standardization. Selain ISO, standar lain yang juga umum digunakan adalah ASA atau American Standards Association. Sedangkan kamera buatan Eropa mungkin menandai standar kecepatan film sebagai DIN (Deutsches Institut für Normung) yang terdiri dari angka dua digit diikuti dengan simbol derajat.
Dalam semua kasus, semakin tinggi angka ISO semakin tinggi pula kecepatan film atau sensor. Semakin tinggi setting ISO kita maka semakin sensitif sensor terhada cahaya. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang setting ISO di kamera kita (ASA dalam kasus fotografi film), coba bayangkan mengenai sebuah komunitas lebah. Sebuah ISO adalah sebuah lebah pekerja. Jika kamera saya set di ISO 100, artinya saya memiliki 100 lebah pekerja. Dan jika kamera saya set di ISO 200 artinya saya memiliki 200 lebah pekerja. Tugas setiap lebah pekerja adalah memungut cahaya yang masuk melalui lensa kamera dan membuat gambar. Jika kita menggunakan lensa identik dan aperture sama-sama kita set di f/3.5 namun saya mengeset ISO saya di 200 sementara anda 100 (bayangkan lagi tentang lebah pekerja), maka gambar punya siapakah yang akan lebih cepat selesai? Secara garis besar, saat kita menambah setting ISO dari 100 ke 200 ( dalam aperture yang selalu konstan – kita kunci aperture di f/3.5 atau melalui mode Aperture Priority – A atau Av) , kita mempersingkat waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan sebuah foto di sensor kamera kita sampai separuhnya (2kali lebih cepat), dari shutter speed 1/125 ke 1/250 detik. Saat kita menambah lagi ISO ke 400, kita memangkas waktu pembuatan foto sampai separuhnya lagi:1/500 detik. Setiap kali mempersingkat waktu esksposur sebanyak separuh , kita namakan menaikkan esksposur sebesar 1stop. Anda bisa mencoba pengertian ini dalam kasus aperture, cobalah set shutter speed kita selalu konstan pada 1/125 (atau melalui mode Shutter Priority – S atau Tv), dan ubah-ubahlah setting ISO anda dalam kelipatan 2; misal dari 100 ke 200 ke 400 …dst, lihatlah perubahan besaran aperture anda.

Diafragma adalah komponen dari lensa yang berfungsi mengatur intensitas cahaya yang masuk ke kamera. Diafragma lensa biasanya membentuk lubang mirip lingkaran atau segi tertentu. Ia terbentuk dari sejumlah lembaran logam (umumnya 5, 7, atau 8 lembar) yang dapat diatur untuk mengubah ukuran lubang (disebut tingkap) (en:aperture) dimana cahaya akan lewat. Tingkap akan mengembang dan menyempit persis pupil di mata manusia. Diafragma selalu ada dalam sebuah kamera dan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi banyak tidaknya penerimaan cahaya yang ada pada sebuah foto atau gambar. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, diafragma berbentuk seperti lubang yang bisa diatur besar kecilnya. Diafragma terletak pada lensa dari kamera yang digunakan. Maka, setiap lensa memiliki kemampuan untuk membuka dan menutup diafragma yang berbeda – beda. Misalnya ada lensa 17-50mm f/2.8, maka lensa tersebut bisa membuka “bukaan” nya hingga bukaan 2.8, berbeda dengan lensa 18-55mm f/3.5-5.6, lensa ini hanya bisa membuka bukaannya hingga 3.5. Faktor faktor yang mempengaruhi gelap terangnya sebuah foto atau gambar adalah shutter speed (kecepatan rana), aperture (diafragma), dan ISO (sensitifitas penerimaan cahaya pada kamera).

Shutter (Rana atau penutup) dalam istilah fotografi adalah tirai pada kamera yang menutupi permukaan atau sensor foto. Jika tirai ini terbuka maka akan terjadi pajanan pada permukaan film atau sensor foto tadi. Awalnya rana dibuat dari lempengan logam, namun kebanyakan kamera modern menggunakan penutup yang dibuat dari kain untuk mengurangi berat kamera dan untuk mendapatkan kecepatan rana yang lebih tinggi. Penutup yang terbuat dari kain memiliki kekuatan sekitar 50,000 hingga 200,000 kali proses buka-tutup (melakukan pajanan). Kain penutup yang aus atau rusak bisa dengan mudah diganti di pusat layanan purna jual merek kamera yang bersangkutan. Lamanya tirai ini terbuka ditentukan oleh setelan kecepatan rana (shutter speed ) pada kamera. Secara definisi, shutter speed adalah rentang waktu saat shutter di kamera anda terbuka. Secara lebih mudah, shutter speed berarti waktu dimana sensor kita ‘melihat’ subyek yang akan kita foto. Gampangnya shutter speed adalah waktu antara kita memencet tombol shutter di kamera sampai tombol ini kembali ke posisi semula. Supaya mudah, kita terjemahkan konsep ini dalam beberapa penggunaannya di kamera:
• Setting shutter speed sebesar 500 dalam kamera anda berarti rentang waktu sebanyak 1/500 (seperlimaratus) detik. Ya, sesingkat dan sekilat itu. Sementara untuk waktu eksposur sebanyak 30 detik, anda akan melihat tulisan seperti ini: 30’’
• Setting shutter speed di kamera anda biasanya dalam kelipatan 2, jadi kita akan melihat deretan seperti ini: 1/500, 1/250, 1/125, 1/60, 1/30 dst. Kini hampir semua kamera juga mengijinkan setting 1/3 stop, jadi kurang lebih pergerakan shutter speed yang lebih rapat; 1/500, 1/400, 1/320, 1/250, 1/200, 1/160 … dst.
• Untuk menghasilkan foto yang tajam, gunakan shutter speed yang aman. Aturan aman dalam kebanyakan kondisi adalah setting shutter speed 1/60 atau lebih cepat, sehingga foto yang dihasilkan akan tajam dan aman dari hasil foto yang berbayang (blur/ tidak fokus). Kita bisa mengakali batas aman ini dengan tripod atau menggunakan fitur Image Stabilization (dibahas dalam posting mendatang) • Batas shutter speed yang aman lainnya adalah: shutter speed kita harus lebih besar dari panjang lensa kita. Jadi kalau kita memakai lensa 50mm, gunakan shutter minimal 1/60 detik. Jika kita memakai lensa 17mm, gunakan shutter speed 1/30 det.
• Shutter speed untuk membekukan gerakan. Gunakan shutter speed setinggi mungkin yang bisa dicapai untuk membekukan gerakan. Semakin cepat obyek bergerak yang ingin kita bekukan dalam foto, akan semakin cepat shutter speed yang dibutuhkan. Untuk membekukan gerakan burung yang terbang misalnya, gunakan mode Shutter Priority dan set shutter speed di angka 1/1000 detik (idealnya ISO diset ke opsi auto) supaya hasilnya tajam. Kalau anda perhatikan, fotografer olahraga sangat mengidolakan mode S/Tv ini.
• Blur yang disengaja – shutter speed untuk menunjukkan efek gerakan. Ketika memotret benda bergerak, kita bisa secara sengaja melambatkan shutter speed kita untuk menunjukkan efek pergerakan. Pastikan anda mengikutkan minimal satu obyek diam sebagai jangkar foto tersebut.

"Dirangkum dari berbagai sumber"

Related Post:

0 comments:

Post a Comment

Kritik, Saran, dan Komentar anda sangat kami butuhkan demi kemajuan blog ini, terima kasih telah berpartisipasi.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...