Wednesday, November 23, 2011

Mengenali Adat Peusijuk

Adat peusijuk adalah kebiasaan mempesiejuk atau memberikan tepung tawar, biasa dilaksanakan masyarakat oleh keluarga,oleh seseorang pribadi terhadap orang yang dianggap wajar di peusijuk. Adat peusijuk ini sering kita melihat pada acara resepsi pernikahan, khitanan, hingga hendak berangkat haji. Namun, kadang pula peusijuk dilakukan kepada orang beserta objek tertentu, seperti pada acara masuk rumah baru atau tempat usaha baru. Walau ada yang mengatakan bahwa adat peusijuk ini mirip dengan kebudayaan hindu, tetapi penulis tidak berpikir bahwa nilai-nilai peusijuk ini mengarah pada ritual agama tertentu. Melihat sejarah terdahulu bahwa daerah Aceh juga terpengaruh oleh budaya-budaya dari daratan india, mengingat Aceh melalui selat malaka merupakan jalur masuk perniagaan kapal-kapal dari asia selatan.

Bahan bahan utama untuk perlengkapan peusijuk sesuai dengan kebiasaan yang berlaku adalah:

a.daun daunan sebagai alat memercik air:
1. oen seusijuk (daun sidingin)
2. oen naleung samboe (rumput saut)
3. oen manek manoe (daun warna warni)
4. oen sitawa (daun penawar)
5. oen gaca (daun inai)
(semua daun diikat menjadi satu dan digunakan sebagai alat mericik air);
b. brueh padee, maksudnya beras dicampur padi, umumnya digampong-gampong diberi warna kuning kunyit;
c. bu leukat (nasi Pulut/Ketan), sudah dimasak dan diberi warna kuning kunyit;
d. Cawan berisi air atau campuran air dan tepung tawar.

Urutan peusijuk menurut beberapa pengamatan penulis diawali dengan mengambil daun-daun yang telah diikat yang terdiri dari daun-daun seperti bahan-bahan di atas, kemudian dicelupkan ke cawan yang berisi air namun hanya sekedarnya saja. Selanjutnya ikatan daun diangkat dan percikan air yang ada pada ikatan ke orang yang akan dipeusijuk dengan gerakan tangan memutar secara vertikal dan diulangi hingga 2-4 kali. Setelah itu, mengambil segenggam beras padi kemudian di taburkan dengan cara yang sama seperti ikatan daun sebelumnya secara perlahan. Kemudian orang yang mempeusijuk mengambil sedikit bu leukat dengan tangan atau sendok dan menyuapi orang yang dipeusijuk. Terakhir adalah pembacaan doa untuk keberkahan, kebahagiaan, kemudahan, dan keselamatan untuk orang yang dipeusijuk. Orang yang mempeusijuk biasanya terdiri dari keluarga, orang yang dituakan, atau perangkat desa/gampong.

Makna dari bahan-bahan peusijuk, seperti :
1. Campuran air dan tepung tawar yang bertujuan agar sesuatu yang terkena percikan air tersebut tetap dalam kesabaran dan ketenangan. Seperti air campuran tersebut yang terus terasa dingin.
2. Beras dan padi yang bertujuan agar dapat subur, makmur, semangat. Seperti taburan beras padi yang begitu semarak berjatuhan.
3. Dedaunan yang dipakai untuk peusijuk, yaitu on manek, manou dan naleung sambo yang bertujuan melambangkan suatu ikatan yang terwujud dalam kesatuan hidup bermasyarakat. Seperti beberapa jenis dedaunan yang berbeda yang bersatu dalam suatu ikatan.
4. Ketan yang bermakna sebagai lambang persaudaraan. Seperti halnya ketan yang selalu melekat dengan bahan lainnya.

Demikian, semoga bermanfaat, dan bila ada kekeliruan mohon korekis. Thanks, CMIIW

Disadur dari pengalaman dan beberapa sumber.




Related Post:

0 comments:

Post a Comment

Kritik, Saran, dan Komentar anda sangat kami butuhkan demi kemajuan blog ini, terima kasih telah berpartisipasi.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...